Empat Pakar Bahas Kehidupan Bernegara dan Bermasyarakat Pasca Oktober 2019
Jakarta – Perhimpunan Alumni Universitas Oxford di Indonesia yang terdiri dari warga negara Indonesia dan non Indonesia dari berbagai disiplin ilmu dan profesi menggelar acara diskusi dengan tajuk “Kehidupan Bernegara Dan Bermasyarakat Pasca Oktober 2019”.
Acara yang digelar bekerja sama dengan Dayalima Family ini, berlangsung di Dayalima Dimensi Indonesia, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (25/7/2019).
Pada Silaturahmi dan Diskusi ini menghadirkan para nara sumber dan pakar dari berbagai disiplin ilmu yang peduli dengan berbagai isu yang berkembang sebelum, selama dan pasca Pemilu Pilpres dan Pilleg 2019 yang lalu.
Hadir pada forum diskusi ini antara lain Cendikiawan Muslim Prof. Dr. Komaruddin Hidayat yang juga merupakan Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia, pengamat Militer Dr. Connie Rahakundini Bakrie, Rikard Bangun Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas dan Sejarawan Dr. Yosef Djakababa dan juga dihadiri oleh Ketua Komisi I DPR RI Sayta Widya Yudha, dan Politisi PDIP Perjuangan Budiman Sudjatmiko.
Diskusi ini membahas berbagai berbagai isu yang hangat berkembang di level elit politik serta masyarakat Indonesia selama kontestasi Pilpres dan Pilleg serta pasca putusan KPU dan Mahkamah Konstitusi terkait hasil perolehan suara Pilpres 2019.
Presiden University of Oxford Society of Indonesia, Rio Haminoto yang menggagas terselenggaranya acara tersebut mengatakan, Maksud dan tujuan dari diskusi ini adalah untuk terlibat aktif dalam pembentukan komponen kelompok masyarakat madani, atau civil society di Indonesia yang harus secara independen dan aktif berdampak dalam pikiran dan tindakan demi persatuan dan kesatuan Indonesia sesuai dengan visi dan misi para anggota Oxford University Society yang berada di Indonesia.
Dari Diskusi ini, terdapat tiga point penting yang menjadi kesimpulan mendasar dari para pembicara dihadapkan dengan situasi dan kondisi terkini bangsa Indonesia, yaitu sejarah telah mencatat bahwa letak geografis dan intercultural nusantara sangat terbuka terhadap penetrasi pengaruh asing.
Point kedua, Kemajuan teknologi artificial intelligence dan pengelolalaan big data telah menjadi senjata baru untuk melakukan pendudukan dan penaklukan politik di beberapa negara dalam skala nasional dan internasional
Point ketiga yang sangat krusial adalah perlunya suatu kerekatan komunikasi dan aksi para komponen bangsa untuk berpikir dan bertindak taktis dalam membawa dampak nyata bagi persatuan Indonesia.
Diharapkan, dengan pasca pelantikan Presiden dan wakil Presiden terpilih periode 2019-2024 pada 20 Oktober mendatang, segala friksi dan polarisasi kedua pendukung akibat panasnya kontestasi Pilpres 2019 lalu dapat disatukan kembali demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Seluruh elemen masyarakat, baik elit politik maupun masyarakat dapat kembali menjalani kehidupan berbagsa dan bernegara yang bermartabat dan terhormat serta bersama-sama membangun bangsa Indonesia yang lebih maju untuk keadilan dan kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. ( red )