Memasuki Usia 20 Tahun, Agenda Agenda Reformasi Tetap Dijalankan
Jakarta – Gerakan reformasi hari ini memasuki usia 20 tahun. Pada 21 Mei 1998, Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya setelah sebelumnya berkuasa selama 32 tahun. Kepala Staf Kepresidenan (KSP), JENDERAL TNI (Purn) Moeldoko, memastikan pemerintahan Jokowi-JK tetap menjalankan mandat reformasi dengan baik.
“Saya memastikan bahwa agenda-agenda reformasi yang menjadi harapan masyarakat sejak 20 tahun lalu tetap dijalankan oleh pemerintah,” ucap Moeldoko lewat keterangan tertulis , Senin (21/5/2018).
Mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) itu mengakui, dalam menjalankan agenda reformasi ini, pemerintah mendapati sejumlah net eo ala yang belum dapat terpecahkan. Ini disebabkan kompleksnya persoalan, termasuk di antaranya karena berbagai perubahan sosial, politik, ekonomi, teknologi yang berlangsung dalam 20 tahun terakhir.
Moeldoko lalu memaparkan tiga agenda reformasi yang masih menjadi tantangan bangsa saat ini, diantaranya praktik korupsi di lingkungan birokrasi dan pemerintahan, masih dirasakannya kesenjangan, dan rendahnya indeks pembangunan manusia di sejumlah wilayah di Indonesia.
“Dalam perjalanan pemerintahan, Presiden Jokowi dan jajarannya mati-matian memperjuangkan tiga agenda reformasi tersebut melalui serangkaian kebijakan,” kata Moeldoko
Serangkaian kebijakan yang dimaksud untuk memperjuangan tiga agenda reformasi, di antaranya mulai dari pembentukan Satuan Bersama Pemberantasan Pungutan Liar (Saber Pungli), dan penguatan kerangka regulasi untuk pencegahan korupsi.
Selain itu, ada juga kebijakan pemerintah melakukan subsidi untuk rakyat miskin yang tepat sasaran lewat berbagai kartu, sampai dengan kebijakan dan program afirmatif yang langsung menyasar kelompok-kelompok masyarakat terbawah.
“Saya memastikan bahwa Presiden Jokowi menjalankan agenda reformasi dengan sebaik-baiknya,” ucap Moeldoko.
Ia menambahkan, kebijakan dan program pemerintah hari ini dilaksanakan dengan mengambil pelajaran terbaik yang dilakukan oleh pemerintahan-pemerintahan sebelumnya.
Setelah itu, dilakukan suatu terobosan serta inovasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan sesuai dengan kebutuhan. Pemerintah juga mengambil pelajaran dari kesulitan-kesulitan pemerintahan sebelumnya dan berusaha untuk mereduksi kebijakan-kebijakan yang kurang membawa dampak bagi kesejahteraan masyarakat dan bangsa Indonesia.
“Saya memahami bahwa reformasi bukan hanya sebuah momentum yang diperingati dan dirayakan. Setiap hari, saya merasakan dan turut mengambil bagian dalam upaya pemerintah melakukan reformasi dan perubahan-perubahan, perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan, baik yang berskala kecil, menengah, sampai besar,” kata Moeldoko.(adhy/fajar)