Polri dan TNI Siap Amankan WNI yang Disandra
Jakarta – Bertempat di kantor mabes polri jln truno joyo Jakarta selatan jumat 22/02/19.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat, Brigjend Pol Dedi Prasetyo saat dikonfirmasi di kantor mengatakan:
Polri dalam hal ini menunggu dari Kemenlu karena Kemenlu juga tentunya setiap ada kejadian penyandraan terhadap warga negara Indonesia tidak bekerja sendiri bahwa nanti dari pihak Kepolisian dilibatkan.
Dari pihak Kemelu dilibatkan dan Pihak TNI dilibatkan tentunya dalam rangka untuk diplomasi.
Negosiasi kemudian yang terpenting adalah menyelamatkan sandra dalam keadaan betul-betul dijamin keselamatannya.
Sejauh ini komunikasi seperti apa? Komunikasi oleh Polri tentunya dari Hubinter, kebetulan di Filipina kita memiliki LCO Polri yang ada di KBRI yang ada di Filipina sudah komunikasi dengan kepolisian setempat tentunya kita bersama KBRI.
Jadi Nanti kebutuhan-kebutuhan apa yang dibutuhkan dalam rangka melakukan negosiasi kepada pihak yang menyandera itu tentuntanya nanti akan diputuskan oleh Kemenlu di Jakarta nanti yang memutuskan.
Kemudian rencananya orang-orang yang memiliki kopetensi itu nanti dari Kemenlu, Pada prinsipnya dari Kepolisian sudah mempersiapkan personil-personil yang sudah memiliki pengalaman-pengalaman.
Memiliki kopentensi dan memilki pengetahuan tentang sedikit banyak situasi yang ada di Filipina.
Nanti bantuan apa yang bisa diberikan disana? Kalau Polri kita siapkan personil.
Personil di bidang apa? Tergantung apa yang diperlukan Kemenlu sesuai dengan potensinya, yang jelas Hubinter sangat aktif berkomunikasi dengan kaburnya, berkomunikasi dengan Kemenlu senior LSO yang ada.
Semua sudah disiapkan apakah kurang tunggu perintah? Menungu hasil rapat apa yang dibutuhkan.
Kita tau sudah berulang kali WNI dilakukan penyandraan di perairan Filipina? Belajar dari Somalia menjaga dari pembajakan. Apa ini yang akan dilakukan? Sudah ada tugasnya TNI.
Dimana TNI AL bekerjasama dengan Angkatan Laut Malaysia, kemudian Angkatan Filipina yang berkompeten terhadap alur laut di situ melakukan patroli gabungan sudah kita lakukan.
Kenapa ini terus terjadi, apa perlu Polri ikut membantu misal Satpolair mengawal setiap kapal yang melewati?
Kalau patroli itu kan pencegahan, tapi dengan pengawalan tentu akan jauh lebih aman.
Kalau Kepolisian bekerjasama dengan Kepolisian Diraja Malaysia sama tosgat yang ada disana. Karena di laut itu kan sangat luas dan luas sekali.
Dan para penyandera itu sudah hafal betul bagaimana kondisi diperairan sana. Tidak mungkin 1 x 24 jam itu setiap detik kapal patroli itu terus lalu lalang lakukan patroli. Ini ada lokasi-lokasi yang menjadi lelah para pelaku untuk melakukan aksinya.
Tentunya langkah-langkah kami sudah dilakukan karena untuk mencegah terjadi perompakan yang ada di Thaliand perbatasan di Filipina, Indonesia dan Malaysia.
Konflik Pemerintah dan Kelompok Abu Sayaff itu terus meningkat. Apakah akan ada dampak terhadap Indonesia?. Misalnya mereka mencari modal dan sebagainya?
Kalau urusan Abu Sayyaf itu urusan Filipina. Kalau Kepolisian kita ya khusus wilayah-wilayah memiliki potensi ganguan itu di perbatasan yaitu di Kalimantan Utara kemudian di Sulawesi Utara biarlah dilakukan upaya-upaya pencegahan.
Sekali lagi Polri tidak sendiri kerjasama dengan TNI, kerja sama dengan komunitas Intelejen bersama-sama memantau wilayah perbatasan, ungkap Dedy. ( sutarno )