Anang Iskandar Pensiunan PATI Polri Siap Maju ke Senayan
Jakarta – Anang Iskandar mantan perwira tinggi (PATI) Polri merupakan caleg DPR RI yang maju 2019 di dapil Jawa Timur (Jatim) lewat partai PPP. Pria yang lahir di Mojokerto, pada tanggal 18 Mei 1958 punya masa kecil yang tak sebaik teman sebayanya.
Terlahir dari keluarga kurang mampu, membuat Anang harus bekerja keras membanting tulang, hidup mandiri dan pekerja keras. Kendati ibunya Raunah tak bisa membaca tapi tak membuat Anang patah arang.
Dia sendiri dilahirkan tepatnya di Jl. Empu Nala No. 351, Kelurahan Kedundung, Kecamatan Kota, Mojokerto. Maju di dapil VI Kabupaten Tulung Agung, Kota Blitar, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Kediri dia punya one desire (satu hasrat) mamajukan wilayah tersebut. Dapil ini sendiri menyiapkan 9 kursi.
Untuk lolos di dapil ini, maka otomatis dia harus bersaing dengan caleg dari PDI-P misalkan ; Eva Sundari dan Arteria Dahlan. Sementara, peraih suara terbanyak PDI-P diantaranya pada pileg 2014 yakni, Pramono Anung Wibowo 165.906 suara, Djarot Saiful Hidajat 69.053 suara, Budi Yuwono 64.807 suara. Tapi kali ini, Pramono Anung dan Djarot tak ikut serta kali ini.
Selain itu ada juga, M Sarmuji (Partai Golkar), Hendro Hermono (Gerindra), Nova Riyanti (Demokrat), Ahmad Rizki Sadig (PAN), dan Titik Praseyotwati Verdi (Nasdem).
Siapa Anang Iskandar? Dalam dunia kepolisian dirinya sudah banyak makan asam garam. Sejumlah posisi strategis pernah dia tempati seperti Kabareskrim dan Kepala BNN. Jenderal pensiunan bintang tiga ini punya target plan.
Bagi dia membangun daerahnya butuh konsep dan sasarannya goal settingyakni; long term goal bukan hanya short term goal. Paling tidak, Anang sudah punya konsep brilian.
Pasalnya di tiga daerah ini termasuk wilayah produktif di Jatim seperti Tulung Agung yang dikenal penghasil batu marmer terbesar di Indonesia. Kabupaten Tulungagung sendiri beribukota di Kecamatan Tulungagung, yang terletak tepat di tengah Kabupaten Tulungagung. Kabupaten Tulungagung sendiri terbagi dalam 19 kecamatan, 257 desa, dan 14 kelurahan.
Tentu saja dia berpotensi mendulang suara cukup besar disana. Selanjutnya, adalah Kediri. Potensi di Kediri adalah pariwisatanya mulai Gunung Kelud sampai museum Airlangga dan Museum Fotografi.
Daerah ini terkenal dengan sektor pertanian, perikanan dan perkebunan di daerah tersebut. Dari satu sisi Anang mengetahui persis akan potensi Jawa Timur. Nah! barangkali menguntungkan bagi dirinya untuk lolos.
Begitu pula dengan Blitar. Kendati daerah ini merupakan basis PDI-P tapi membuat dia gentar. Blitar terletak sekitar 167 km sebelah barat daya Surabaya dan 80 km sebelah barat Malang. Kota Blitar terkenal sebagai tempat dimakamkannya Presiden pertama Soekarno. Bisa jadi, PPP mencuri kursi di dapil ini.
“Mimpi saya sejak dulu, melihat daerah di Jatim bisa berkembang dan maju dalam berbagai sektor. Perubahan tidak langsung terjadi tapi semua butuh proses. Manusia hanya berencana tapi yang kuasalah yang menentukan,” kata dia.
Seperti diketahui pada 2019 partai yang tak mencapai 4 persen Parlemetiary Threshold (PT) maka dia akan gugur. Jadi masuknya Komjen (Purn) Anang akan mendongkrak suara PPP di DPR khususnya di dapilnya.
Memang PPP punya nama-nama beken seperti Ketum Rommy Romahurmuziy, Sekjen Arsul Sani, Ahmad Baidowi, Lukman Hakim Saifuddin dan lainnya.
New concept dari Anang dia sudah persiapkan jika nantinya terpilih. Tapi dengan nama besarnya barangkali dia bisa meraih 1 jatah di dapilnya.
Memang tak salah PPP merekrut Anang. Pasalnya dia merupakan figur yang bersih, disiplin, jujur dan tegas. Ini sangat dibutuhkan sebagain legislator.
Jadi, ini perlu terus digalakan. Anang punya konsep memajukan sektor ekonomi baik hulu dan hilir khususnya sektor UMKM sampai jasa. Karena baginya itu bagian PRDB Kediri, Tulung Agung dan Jember dan sekitarnya.
Untuk human being developing atau peningkatan sumber daya manusia dia juga sudah persiapkan program unggulannya. Biar daerahnya bisa menjadi kompetitor handal dalam skala nasional.
Untuk itu, dirinya hanya berharap doa masyarakat di dapilnya tersebut. Melihat bobot, bibit dan bebet mantan Kabareskrim ini pantas ke Senayan.
Oleh: Jerry Massie, pengamat politik dari Indonesian Public Institute (IPI)