BALITBANGTAN KEMENTERIAN PERTANIAN : Ayam Lokal Pedaging Unggul (SenSi-1 Agrinak)

Ciawi – 21 Februari 2017 Industri ayam lokal sebagai sumber daging ayam berkembang terus sebagai akibat dari semakin dikenalnya daging ayam lokal yang mempunyai cita rasa dan kehasan dari kuliner. Perkembangan ini memacu pemanfaatan berbagai sumber daya genetik (SDG) ayam lokal nasional untuk dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani.

Foto : kiri Kepala Balai penelitian ternak ( balitnak ) Dr. Suharsono. Kanan. Plt Kapuslitbangnak Dr. Fajry djufri.

Foto : kiri Kepala Balai penelitian ternak ( balitnak ) Dr. Suharsono. Kanan. Plt Kapuslitbangnak Dr. Fajry djufri.

Adapun Kendala pengembangan ayam lokal secara intensif adalah sulitnya memperoleh bibit unggul. Oleh karenanya, Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian (Balitbangtan) melalui Balai Penelitian Ternak (Balitnak) telah melakukan berbagai kegiatan penelitian teknologi seleksi dan sistem pemeliharaan intensif.

Teknologi ini dihasilkan guna merespon atas kebutuhan dan permintaan bibit ayam lokal unggul. Tersedianya salah satu galur unggul ayam lokal di dalam negeri untuk menghasilkan ayam pedaging yang dapat meningkatkan penyediaan bibit DOC, sekaligus meningkatkan efisiensi budidayanya.

Balitbangtan, Kementerian Pertanian melalui Balitnak pada tahun 1997-1998 berinisiasi melakukan penelitian breeding ayam lokal dengan mendatangkan indukan ayam lokal dari beberapa daerah di Jawa Barat yakni dari Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur; Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka; Kecamatan Pondok Rangon, Kota Depok; Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor; dan Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor. Tahun 2009, Balitnak mendatangkan indukan rumpun ayam Sentul dari Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Rumpun ayam Sentul ini mempunyai postur tubuh yang khas dan didominasi warna bulu abu polos yang khas, meskipun di tempat habitatnya ayam Sentul ini masih mempunyai keragaman warna bulu dan bentuk jengger, sebagai akibat perkawinan dengan rumpun asli ayam Kampung. Rumpun ayam Sentul telah ditetapkan dengan SK Mentan Nomor 698/Kpts/PD.140/2/2013, tanggal 13 Februari 2013 sebagai ayam nasional lokal asli dari wilayah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

Ayam SenSi-1 (Sentul terselekSi) Agrinak merupakan karya pertama peneliti. Galur baru ini merupakan salah satu galur murni (pure line) ayam lokal pedaging unggul, yang dapat dimanfaatkan sebagai ayam niaga (final stock) dan/atau sebagai ayam tetua (parent stock). Pada tahun 2017 telah ditetapkan sebagai galur ayam lokal pedaging asli Indonesia dengan SK Mentan Nomor 39/Kpts/PK.020/1/2017, tanggal 20 Januari 2017, tentang Pelepasan Galur Ayam SenSi-1 Agrinak. Proses seleksi individu jantan pada umur 10 minggu untuk bobot tubuh permintaan pasar (berkisar 0,8 – 1 kg/ekor), berbulu abu atau pucak (putih bercak hitam), sebagai warna dominan dan berjengger kacang (pea) telah dilakukan di Balitnak selama 5 tahun. Kriteria seleksi ini dimaksudkan untuk mendapatkan keseragaman tampilan dan perbaikan bobot hidup. Kriteria seleksi yang tidak dilakukan pada ayam betina, kecuali warna bulu bertujuan agar sifat-sifat ketahanan tubuh ayam SenSi-1 Agrinak tidak banyak berubah dari ketahanan tubuh rumpunnya.

Selain kriteria seleksi yang diberlakukan pada rumpun ini, lingkungan optimum, terutama kualitas pakan ditetapkan pada kualitas 17% protein kasar dengan 2800 kkal ME/kg selama masa pertumbuhan sampai dengan umur 20 minggu. Pertimbangan ini diambil untuk mengantisipasi kondisi pemeliharaan di peternak. Pemberian pakan dengan kualitas lebih baik diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan nilai ekonomis lebih baik.

Keunggulan Ayam SenSi-1 Agrinak yaitu:
a) Bobot hidup rata-rata pada umur 10 minggu untuk jantan 1066 ± 62,5 g/ekor dan untuk betina 745 ± 114 g/ekor; dan
b) Konsumsi pakan umur 0-10 minggu sebanyak 2,7-3,2 kg/ekor.
c) Umur pertama bertelur 174 ± 17,69 hari;
d) Bobot umur pertama bertelur 1909 ± 219 g/ekor;
e) Produksi telur puncak 61,98 ± 8,66 % henday;
f) Puncak produksi telur pada umur ayam 34,5 ± 4,05 minggu;
g) Bobot telur pertama seberat 32,83 ± 4,76 g, akan bertambah terus sampai 44,82 ± 3,63 g/butir pada saat puncak produksi;
h) Rata-rata produksi telur selama 40 minggu masa bertelur sebesar 39,58 ± 5,30% henday production;
i) Fertilitas sebesar 85,47 ± 6,58 %;

Kerjasama Pra Lisensi untuk produksi bibit Ayam SenSi dalam rangka penyebaran bibit telah dilaksanakan di tahun 2016 dengan 6 perusahaan seperti : 1) PT Sumber Unggas di Cogreg Bogor Jawa Barat; 2) Warso Unggul Farm, Tangkil Bogor Jawa Barat; 3) Dedi Farm, Gunung Endut, Sukabumi Jawa Barat; 4) Badan Usaha Milik Tiyuh (desa) di Kabupaten. Tulang Bawang Barat, Lampung, 5) DNR Farm, Ciampea Bogor Jawa Barat, dan 6) PT. ISFIN, Sleman Yogyakarta.

Sejak ditandatanganinya MoU dengan para mitra perbanyakan bibit, diperkirakan populasi yang semula 6000 DOC jantan-betina (unsexed) ditambah dengan para peternak non-MoU sebanyak 2000 DOC unsexed, diperkirakan telah bertambah dengan keturunannya kurang lebih 80.000 ekor sebagai tetua pengganti sampai awal 2017. ( Dino )

Foto : kiri Kepala Balai penelitian ternak ( balitnak ) Dr. Suharsono. Kanan. Plt Kapuslitbangnak Dr. Fajry djufri.

CATEGORIES
TAGS
Share This