Komoditas Dunia
WASHINGTON, berantasnews.com Bank Dunia memangkas prediksi harga 80 persen komoditas utama dunia. Langkah ini dilakukan seiring melimpahnya stok komoditas dan melemahnya prospek pertumbuhan ekonomi emerging market sehingga menggerus tingkat permintaan.
Dalam laporan terkini yang dirilis Selasa (26/1/2015) waktu setempat, Bank Dunia menurunkan prediksi harga minyak dunia menjadi 37 dollar AS per barrel untuk tahun ini. Sebelumnya, pada laporan Oktober, Bank Dunia memprediksi harga minyak akan berada di posisi 51 per barrel. Adapun alasan Bank Dunia adalah rencana ekspor minyak yang akan dilakukan Iran serta tingginya produksi minyak di Amerika Serikat.
Sekadar informasi, Bank Dunia mencatat, harga minyak dunia sudah merosot 47 persen di 2015 dan diramal masih akan terus tertekan dengan tingkat rata-rata penurunan sebesar 27 persen di 2016.
Kendati begitu, Bank Dunia juga mengantisipasi adanya pemulihan bertahap pada harga minyak di sepanjang tahun ini. Menurut Bank Dunia, penurunan tajam harga minyak pada akhir 2015 dan awal 2016 tidak sepenuhnya didorong oleh faktor fundamental yakni suplai dan permintaan minyak.
“Tingginya biaya produksi akan terus menyebabkan kerugian dan bisa membuat produksi minyak dipangkas. Kondisi ini akan mengurangi kapasitas minyak yang membanjiri pasar. Permintaan minyak juga diramal akan menguat jika terjado pertumbuhan moderat pada ekonomi global,” jelas Bank Dunia.
Harga minyak sempat melorot ke posisi 28 pada bulan ini, posisi terendahnya sejak 2003 silam. Salah satu penyebab tertekannya minyak dipicu oleh ekspektasi bahwa pasar minyak akan dibanjiri oleh suplai baru dari Iran setelah sanksi internasional atas Teheran dicabut.
Selain minyak, seluruh komoditas utama lainnya juga diprediksi akan turun di 2016 seiring membludaknya suplai dan rendahnya permintaan dari emerging market. Secara keseluruhan, harga 37 dari 46 komoditas yang dimonitor Bank Dunia direvisi lebih rendah pada tahun ini. Bank Dunia menguraikan, sejak tahun 2000, pertumbuhan permintaan komoditas lebih didominasi dari negara-negaraemerging. Sehingga, prospek melambatnya ekonomi emergingsecara langsung memukul outlook harga komoditas.
“Rendahnya harga komoditas layaknya pedang bermata dua, di mana konsumen di negara impor akan diuntungkan sementara produsen di negara ekspor akan menderita,” papar Ayhan Kose, director World Bank’s Development Prospects Group. Selain itu, Bank Dunia juga memprediksi, harga komoditas non-energi akan turun 3,7 persen pada 2016. Sedangkan harga logam akan turun 10 persen setelah jatuh sebesar 21 persen di 2015. Kecemasan akan El Nino di sejumlah kawasan juga akan menggencet pasar komoditas global. Bank Dunia meramal, harga komoditas agrikultur akan turun 1,4 persen. (BN)