Melalui Toko Tani Indonesia Belanja Cepat, Murah, Nyaman, Inflasi Aman

Jakarta – Keberadaan Toko Tani Indonesia (TTI) telah dirasakan manfaatnya dalam kegiatan pengendalian harga pangan dan dirasakan dampaknya oleh masyarakat terutama yang berpenghasilan menengah kebawah. Demikian disampaikan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi dalam konferensi pers (15/10), di Toko Tani Indonesia (TTI) Center, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Dalam kesempatan tersebut, Agung Hendriadi menyampaikan mengenai perkembangan TTI. Saat ini TTI center berada di depan SMA 28 Pasar Minggu, Jakarta Selatan, dan telah tersebar di beberapa Provinsi di seluruh Indonesia, seperti Medan, Palembang, Lampung, Banten, hingga Makassar.
Sejak tahun 2016 TTI telah tersebar sebanyak 2.839 TTI di 32 provinsi minus Kalimantan Utara dan Kepulauan Riau. Dari jumlah tersebut 1.113 diantaranya berada di Jabodetabek. Harga bahan pangan yang ada di TTI disesuaikan dengan harga dari pemerintah, harga acuan, dan harga eceran tertinggi (HET). Dari harga tersebut, omset yang di peroleh TTI hingga minggu kedua Oktober 2017 mencapai Rp 103,739 Miliar dengan rincian transaksi di TTI sebesar Rp 64.473 miliar dan di TTI center sebesar Rp 34.266 Miliar.
“Kita telah berhasil mengkontribusikan pengaruh pengendalian harga pangan pokok” Jelas Agung Hendriadi.
Keberhasilan pengendalian harga pangan telah dirasakan khususnya pada saat ramadhan dan juga hari Raya Idul Fitri, harga cukup relatif. Diharapkan ini akan terus berlanjut sampai dengan Natal dan Tahun Baru dan seterusnya.
Pengendalian harga pangan sesuai pantauan BPS pada minggu kedua Oktober 2017, pergerakannya relatif stabil jika dibandingkan bulan September. Kenaikan harga hanya berkisar 0,05 – 1,15% dan penurunan harga dilevel -1,78 hingga -18,14% untuk beberapa komoditas. Hal ini bukan hanya akibat adanya TTI, tapi juga karena Harga Eceran Tertinggi (HET) dari pemerintah.

Beberapa harga pangan yang mengalami kenaikan tidak signifikan di antaranya beras umum Rp 3.297/kg (0,63%), minyak goreng curah Rp 12.473/liter (0,44%), daging sapi Rp 114.795/kg (0,05%), dan cabai merah Rp 29.551/kg (1,15%). Sedangkan beberapa harga pangan yang turun diantaranya gula pasir Rp 14.217/kg (1,84%), daging ayam Rp 30.311/ka (-3,84%), Telur ayam Rp 20.796/kg (-1,78%), cabai rawit Rp 24.893/kg (-18,14%), dan bawang merah Rp 24.875/kg (-7,55%). Kondisi tersebut diperkuat dengan inflasi yang terkoreksi di level 0,13% dimana kontribusi pangan dalam inflasi sangat minim.

Terkendalinya harga pangan tahun ini tidak lepas dari upaya pemerintah dalam melakukan antisipasi terhadap potensi beberapa masalah yang mungkin terjadi, di antaranya: (1) melakukan koordinasi dengan berbagai pihak dalam upaya penyediaan pangan melalui rapat koordinasi stabilisasi pangan yang dikoordinasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, (2) Memantau Harga dan Pasokan Pangan Strategis secara nasional dan di Jabodetabek sebagai barometer fluktuasi harga pangan, (3) Menyediakan pasokan bahan pangan strategis seperti menyelenggarakan gelar pangan murah berkualitas dan memperbanyak outlet toko tani Indonesia (TTI), dan (4) Melakukan kunjungan lapangan untuk memantau ketersediaan dan harga pangan strategis (produsen dan konsumen).
“Kedepan direncanakan TTI Center akan menjadi pusat distribusi bahan pangan,” ujar Agung Hendriadi.
Direncanakan TTI center kedepannya akan menjadi distribution center yang menghubungkan kebutuhan TTI dengan Gapoktan / kelompok tani binaan dalam volume besar. Kondisi tersebut diharapkan akan memotong panjangnya rantai distribusi.
Dalam kesempatan tersebut, Agung Hendriadi juga menjelaskan bahan pangan selain bisa didapat di outlet TTI, dalam waktu dekat juga akan dibangun sistem aplikasi di TTI Center sehingga akan semakin mempermudah masyarakat untuk mendapatkan barang pangan, yaitu dengan memanfaatkan penjualan secara online melalui gojek. Masyarakat dapat membeli pngan secara online, mudah, dan cepat. Tercatat sejak bulan Mei transaksi online yang sudah dilakukan hingga akhir September mencapai Rp 25.089.000,-.

Dengan adanya aplikasi TTI, nantinya akan mempermudah untuk mengetahui dimana Gapoktan yang mempunyai barang dan dimana TTI yang membutuhkan barang, dan untuk pembayaran akan dilakukan dengan melakukan kerjasama dengn bank, sehingga transaksi pembayaran nantinya melalui bank.
Mengenai sistem aplikasi TTI, akan disampaikan kepada masyarakat melalui sosialisasi. Selain itu, juga akan bekerjasama dengan bulog untuk menyebarkan ke masyarakat. Mengenai harga yang disesuaikan dengan aturan dari pemerintah, apabila ada yang melanggar, Agung Hendriadi dengan tegas menjelaskan akan memberikan sanksi dengan tidak menyuplai bahan pangan ke pelaku tersebut.
Sampai saat ini ada 2.740 Gapoktan binaan, dan rencananya tahun depan akan ditambah. Untuk Gapoktan tahun depan akan ditambah 500 Gapoktan, dan TTI ditambah sebanyak 1000 yang tersebar di seluruh Indonesia.
Mengenai stok bahan pangan, saat ini sampai akhir tahun diperkirakan aman.

Untuk menjaga kestabilan harga dan untuk melakukan kontrol keberlangsungan TTI, akan dilakukan pengawasan peredaran bahan pangan, yang dikoordinasikan oleh Kementerian Pertanian dengan Satgas Pangan. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah sinergitas para pelaku usaha/asosiasi pangan untuk memberikan ketenangan kepada masyarakat dengan menyediakan pasokan yang cukup. Media juga menjadi kunci utama untuk mendukung terjaganya stabilisasi pasokan dan harga pangan. ( dino )

CATEGORIES
TAGS
Share This