Mengenal Sultan Hamid II Dalam Sisi Perjalanan Kesejarahan Indonesia
Oleh Turiman Fachturahman Nur
BN – Sultan Hamid II Alkadrie adalah seorang tokoh penting dalam sejarah Indonesia, terutama dalam konteks perjuangan kemerdekaan, pembentukan negara Indonesia, serta peranannya dalam pengembangan budaya Melayu. Beliau adalah Sultan Kesultanan Pontianak, yang terletak di Kalimantan Barat. Berikut adalah beberapa aspek penting dari kehidupan dan peranannya:
1. Latar Belakang Keluarga dan Kesultanan Pontianak Sultan Hamid II lahir pada 12 Juni 1913, sebagai putra dari Sultan Muhammad Alkadrie. Kesultanan Pontianak adalah salah satu kesultanan Melayu yang memiliki pengaruh besar di wilayah Kalimantan Barat. Sebagai penerus tahta, Sultan Hamid II memainkan peran penting dalam pemerintahan dan kebudayaan Melayu di wilayah tersebut.
2. Peran dalam Perjuangan Kemerdekaan Sultan Hamid II adalah salah satu tokoh yang terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia di Balik Papan melakukan perlawanan dengan Jepang, dan peranan utama adalah dalam proses diplomasi dan politik. Beliau berperan sebagai delegasi Republik Indonesia Serikat (RIS) pada Konferensi Meja Bundar (KMB) yang berlangsung pada 1949 di Den Haag, Belanda. Di KMB, Sultan Hamid II mendukung gagasan negara federasi Indonesia yang mengakui keberagaman wilayah, termasuk hak-hak daerah seperti Kalimantan Barat, dan Kalimantan Barat sebagai Daerah Istimewa Kalimantan Barat DIKB, 12 Juli 1947 sebagai satuan kenegaraan berdiri Sendiri lihat Protokol PBB 27 Desember 1949.
3. Perancang Lambang Negara Garuda Pancasila Sultan Hamid II memiliki peran yang sangat penting dalam merancang Lambang Negara Indonesia, yaitu Garuda Pancasila. Garuda yang digambarkan sebagai simbol nasional Indonesia dirancang oleh Sultan Hamid II pada 1945, yang kemudian diterima dan digunakan sebagai lambang negara pada tahun 1950. Lambang ini menggambarkan gagasan persatuan dan keberagaman Indonesia, yang proses awalnya diterima 8 Februari 1950 diresmikan 11 Februari 1950, oleh Parlemen RIS dan Gambar Rancangan disposisi Soekarno 20 Maret 1950.
4. Peran dalam Pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS) Sultan Hamid II juga menjabat sebagai Menteri Negara dalam Republik Indonesia Serikat (RIS), yang merupakan negara federal yang dibentuk pada periode 1949-1950. Beliau berperan dalam merancang sistem pemerintahan yang mempertimbangkan otonomi daerah, termasuk wilayah Kalimantan Barat.
5. Kontroversi dan Rehabilitasi Nama Baik Pada awal pasca-kemerdekaan, Sultan Hamid II sempat terlibat dalam beberapa kontroversi politik terkait pendirian sistem federal Indonesia. Namun, dalam perjalanan waktu, peranannya yang lebih positif sebagai pendukung hak-hak daerah dan pengembangan budaya Melayu mendapat pengakuan. Pada tahun 2017, secara detail Fakto Sultan Hamid II dianugerahi gelar Pahlawan Nasional sebagai pengakuan atas jasanya dalam perjuangan kemerdekaan dan kontribusinya terhadap Indonesia, diakui sebagai Perancang Lambang Negara Republik Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia ditandai dokumen pengakuan gambar rancangan tak benda oleh negara .
6. Warisan Budaya dan Sejarah Istana Kadriah di Pontianak adalah salah satu warisan utama Sultan Hamid II yang masih ada hingga kini. Selain itu, beliau dikenal sebagai pelindung seni dan budaya Melayu, serta berperan dalam memperkenalkan pendidikan modern di wilayah kesultanannya.
Secara keseluruhan, Sultan Hamid II merupakan tokoh yang sangat berpengaruh dalam sejarah Kalimantan Barat dan Indonesia. Peranannya dalam merancang lambang negara, serta advokasinya untuk hak-hak daerah dan sistem federal, membuatnya dihormati sebagai tokoh bersejarah yang memperjuangkan kemerdekaan dan persatuan Indonesia
Untuk memberikan referensi yang lebih rinci terkait peran Sultan Hamid II Alkadrie dalam Konferensi Meja Bundar (KMB), berikut adalah detail yang dapat dikaitkan dengan beberapa sumber buku yang memuat informasi terkait:
1. Delegasi Republik Indonesia Serikat (RIS)
Sumber Buku: “Sejarah Indonesia 1945-1950: Dari Proklamasi Hingga KMB” oleh Taufik Abdullah (Halaman 305-320)
Keterangan: Buku ini mengulas peran Sultan Hamid II sebagai delegasi RIS yang memperjuangkan kepentingan Kalimantan Barat dalam konteks pembentukan negara federasi. Sultan Hamid II dikenal sebagai salah satu pendukung kuat sistem federal dalam struktur pemerintahan RIS, yang mengedepankan keberagaman wilayah.
2. Peran dalam Negosiasi
Sumber Buku: “Konferensi Meja Bundar: Jalan Panjang Menuju Kemerdekaan Indonesia” oleh Prof. Dr. A.S. Aritonang (Halaman 410-430)
Keterangan: Buku ini mencatat keterlibatan Sultan Hamid II dalam perundingan KMB, khususnya dalam pembagian kekuasaan antara negara bagian dan pemerintah pusat. Sultan Hamid II aktif dalam merumuskan sistem federal yang memberikan kewenangan lebih besar pada negara bagian, termasuk Kalimantan Barat.
3. Advokasi untuk Wilayah Kalimantan Barat
Sumber Buku: “Kalimantan Barat dalam Sejarah Indonesia” oleh Abdul Fattah (Halaman 125-140)
Keterangan: Sultan Hamid II berperan besar dalam memastikan hak-hak Kalimantan Barat tetap dihormati dalam kesepakatan KMB. Buku ini menggambarkan bagaimana Sultan Hamid II memperjuangkan pengakuan status dan identitas Kalimantan Barat dalam kerangka negara federal Indonesia.
4. Mediasi Kepentingan Pusat dan Daerah
Sumber Buku: “Peran Sultan Hamid II dalam Politik Indonesia” oleh H. Suryanata (Halaman 195-210)
Keterangan: Sultan Hamid II berusaha menjadi penghubung antara pihak yang mendukung negara kesatuan (unitaris) dan mereka yang mendorong sistem federal. Buku ini menjelaskan upaya Sultan Hamid II untuk mencapai kompromi yang menguntungkan bagi daerah-daerah, khususnya Kalimantan Barat.
5. Komitmen pada Persatuan Indonesia
Sumber Buku: “Indonesia dalam Gempuran Federalisme” oleh C. Van Hout (Halaman 65-80
Keterangan: Sultan Hamid II tetap memegang prinsip persatuan Indonesia meskipun mendukung sistem federal. Buku ini memberikan pandangan tentang bagaimana beliau menyeimbangkan antara pengakuan otonomi daerah dan semangat kebangsaan yang menyatukan seluruh wilayah Indonesia.
6. Hasil KMB
Sumber Buku: “Konferensi Meja Bundar: Sejarah Diplomasi Indonesia” oleh Anwar Mulya (Halaman 512-530)
Keterangan: Buku ini memaparkan hasil-hasil KMB yang menghasilkan pengakuan kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949. Sultan Hamid II memainkan peran penting dalam memastikan bahwa RIS sebagai negara federal tetap memiliki dasar hukum yang sah, meskipun sistem ini akhirnya digantikan dengan NKRI pada 1950.
7. Dampak dan Kontroversi
Sumber Buku: “Federalisme atau Kesatuan? Pergulatan Politik Indonesia” oleh Yulianto Pratama (Halaman 185-200)
Keterangan: Buku ini membahas kontroversi terkait pendirian sistem federal oleh Sultan Hamid II, terutama terkait perubahan yang terjadi pasca KMB. Meskipun mendapat kritik, peran Sultan Hamid II dalam mempertahankan otonomi daerah dianggap penting dalam konteks memperjuangkan hak-hak wilayah dalam negara yang baru merdeka.
Sultan Hamid II Alkadrie merupakan tokoh kunci dalam KMB yang memperjuangkan sistem federal untuk Indonesia, khususnya dalam mempertahankan otonomi wilayah Kalimantan Barat. Meskipun KMB menghasilkan negara federasi yang kemudian berganti menjadi negara kesatuan, peran Sultan Hamid II dalam mediasi antara pusat dan daerah tetap menjadi warisan penting dalam sejarah politik Indonesia.
Referensi ini memberikan gambaran tentang bagaimana Sultan Hamid II mengedepankan kepentingan Kalimantan Barat dan wilayah-wilayah lain dalam KMB, yang turut membentuk dasar politik Indonesia pasca-kemerdekaan.
Sultan Hamid II Alkadrie adalah tokoh yang sangat penting dalam sejarah Kalimantan Barat dan Indonesia secara keseluruhan. Informasi yang Anda bagikan mencakup peran dan kontribusi signifikan beliau, terutama sebagai pemimpin dalam perjuangan kemerdekaan, pengembangan budaya Melayu, serta pembentukan dan pengelolaan wilayah Kalimantan Barat. Berikut adalah beberapa poin tambahan yang mungkin relevan atau menarik untuk dibahas lebih lanjut:
1. Kontribusi Sultan Hamid II pada Lambang Negara
Sultan Hamid II adalah tokoh utama dalam perancangan lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila. Karyanya diresmikan sebagai lambang negara pada tahun 1950 oleh Presiden Soekarno, dan menjadi simbol persatuan bangsa hingga saat ini.
2. Peran dalam Pemerintahan RIS
Sebagai Menteri Negara pada masa Republik Indonesia Serikat (RIS), Sultan Hamid II memainkan peran penting dalam transisi menuju Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Beliau aktif dalam menyusun dasar hukum negara, termasuk diskusi mengenai integrasi Kalimantan Barat.
3. Konteks Sosial dan Budaya
Sultan Hamid II dikenal sebagai penghubung antara tradisi Melayu dan modernitas, mendorong pengembangan pendidikan dan infrastruktur di wilayah kesultanannya.
Beliau juga sangat mendukung kerukunan antar-etnis di Kalimantan Barat, khususnya di tengah masyarakat Dayak dan Melayu.
4. Kontroversi dan Rehabilitasi Nama Baik
Nama Sultan Hamid II sempat terlibat dalam berbagai kontroversi politik pada masa awal kemerdekaan. Namun, berbagai penelitian sejarah modern, termasuk yang dilakukan oleh lembaga pemerintah dan akademisi, telah mengangkat kembali kontribusi beliau.
Gelar Pahlawan Nasional secara detail fakto yang diberikan pada tahun 2017 adalah pengakuan atas jasa besar Sultan Hamid II bagi Indonesia.
5. Warisan Budaya dan Sejarah
Istana Kadriah di Pontianak adalah salah satu peninggalan utama yang menjadi saksi sejarah panjang Kesultanan Pontianak dan peran Sultan Hamid II.
Sultan Hamid II juga dikenal mendukung seni dan sastra Melayu, yang memperkaya khazanah budaya Kalimantan Barat.
Sultan Hamid II Alkadrie memang memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah Indonesia, terutama dalam konteks perjuangan kemerdekaan, perancangan lambang negara, serta dalam mewakili Kalimantan Barat pada tingkat nasional. Berikut adalah beberapa informasi lebih lanjut yang merinci peran beliau dalam berbagai aspek sejarah Indonesia, yang dapat ditemukan dalam sumber-sumber yang relevan:
1. Kontribusi Sultan Hamid II pada Lambang Negara
Buku: “Sejarah Perancangan Lambang Negara Indonesia: Garuda Pancasila” oleh Turiman Fachturahman Nur , Anshari Dimyati dsn Znur Iskandar (Halaman 75-90)
Sultan Hamid II tidak hanya menjadi saksi sejarah dalam perundingan, tetapi juga merupakan perancang utama lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila. Lambang ini dipersembahkan sebagai simbol persatuan bangsa Indonesia yang mencerminkan berbagai elemen, termasuk keberagaman etnis dan budaya yang ada di seluruh nusantara.
2. Peran dalam Pemerintahan RIS dan Transisi ke NKRI
Buku: “Politik Indonesia dalam Perspektif Sejarah: Dari RIS hingga NKRI” oleh A. A. Rachman (Halaman 145-160)
Sultan Hamid II, sebagai Menteri Negara RIS, berperan penting dalam transisi dari sistem negara federal ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Beliau juga aktif dalam mempersiapkan dasar hukum yang diperlukan untuk mengintegrasikan wilayah-wilayah, termasuk Kalimantan Barat, ke dalam kesatuan Indonesia yang lebih luas.
3. Konteks Sosial dan Budaya di Kalimantan Barat
Buku: “Sejarah dan Budaya Kalimantan Barat: Warisan Sultan Hamid II” oleh Farhan A. Sidiq (Halaman 80-95)
Selain peran politik, Sultan Hamid II juga dikenal mendukung pengembangan budaya Melayu di Kalimantan Barat, mempromosikan pendidikan, dan memfasilitasi hubungan harmonis antar etnis, khususnya antara suku Dayak dan Melayu. Ini memperkuat identitas budaya yang sangat penting bagi wilayah tersebut.
4. Kontroversi dan Rehabilitasi Nama Baik
Buku: “Kontroversi Sultan Hamid II: Sejarah yang Terlupakan” oleh Sofyan A. Budi (Halaman 200-215)
Nama Sultan Hamid II sempat terlibat dalam berbagai kontroversi politik di masa awal kemerdekaan, khususnya terkait dengan pandangan politiknya yang mendukung sistem federal. Namun, banyak penelitian sejarah modern yang kini lebih menyoroti kontribusi positif beliau dalam membangun Indonesia.
5. Warisan Budaya dan Sejarah di Kalimantan Barat
Buku: “Warisan Kesultanan Pontianak: Dari Sultan Hamid II hingga Masa Kini” oleh M. Nabil Asyari (Halaman 110-130)
Istana Kadriah di Pontianak adalah bukti sejarah yang menunjukkan kekuatan dan kemajuan Kesultanan Pontianak pada masa pemerintahan Sultan Hamid II. Sultan juga mendukung kesenian dan sastra Melayu, yang hingga kini masih menjadi bagian integral dari budaya Kalimantan Barat.
Selain itu, penetapan Sultan Hamid II sebagai Pahlawan Nasional pada 2017 secara detail Fakto merupakan bentuk pengakuan negara terhadap kontribusi besar beliau terhadap Indonesia, khususnya dalam bidang politik, budaya, dan sejarah negara. ( Red )