Pendidikan Tinggi Perlu Banyak Memasukkan Kurikulum Industri 4.0 Untuk Menjawab Tantangan Dunia Industri
BN – Berdasarkan Studi World Bank, Hingga Studi World Bank, hingga tahun 2030, Indonesia membutuhkan tambahan 9 juta SDM dengan digital skill untuk dapat memenuhi rata rata kebutuhan digital talent Indonesia 600.000 per tahun. Pengembangan skill digital SDM di Indonesia ini belum banyak ditemui ada di sistem pendidikan Indonesia. Perguruan tinggi lebih didominasi pelajaran teori dibandingkan skill.
Membangun SDM Berkualitas dan Berdaya Saing di Era Transformasi Digital untuk Pembangunan Berkelanjutan menjadi pokok pembahasan pertemuan antara Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas dengan pengurus Yayasan Upaya Indonesia Damai (UID), pada Jumat, 11 Desember 2020.
Saat ini Indonesia, selain dihadapkan pada krisis global akibat pandemi tetapi juga kualitas SDM yang masih belum mumpuni di lapangan kerja. Memasuki era revolusi industri 4.0, yang ditandai dengan perkembangan industri digital, teknologi kecerdasan buatan, dan big data, mengakibatkan perubahan lanskap lapangan kerja. Sayangnya, di Indonesia keterampilan digital masyarakat masih belum optimal.
Salah satu langkah untuk menyelesaikan permasalahan revolusi industri 4.0 yakni dengan mengambil kebijakan pembangunan SDM. Perubahan ke era digital ini harus diikuti dengan penyesuaian kurikulum dan pembelajaran di satuan pendidikan sesuai dengan keterampilan yang dibutuhkan pasar kerja. Dunia Usaha dan Pemerintah harus cepat menanggapi dampak perubahan teknologi, sekaligus memperkuat kebijakan pembangunan SDM yang berkualitas.
Melihat kondisi pendidikan di Indonesia yang membutuhkan pengembangan, Yayasan Upaya Indonesia Damai (UID) dalam pertemuan ini menyampaikan usulan Rencana Pengembangan Program Pendidikan Profesional “Happy Digital X: Cities, Systems, Products and Services”. Program ini bertujuan untuk Mengembangkan rencana kota yang memenuhi tujuan sipil dan kebahagiaan komunitas; Mempromosikan pembangunan berkelanjutan dalam pengoperasian kota termasuk sistem, produk dan layanannya; Mempersiapkan professional dengan keahlian digital, wirausaha dan pemimpin transformative dalam konteks Happy Digital X; Mengembangkan peta jalan yang dapat menjadi referensi penerapan TIK.
Usulan ini sejalan dengan pengembangan SDM yang sedang dilakukan oleh pemeritah, namun ada beberapa catatan yang diberikan oleh Bappenas terhadap program ini. Catatan yang pertama rencana pengembangan program Pendidikan professional Happy Digital X dapat menjadi bagian dari strategi pengembangan SDM TIK nasional secara berkelanjutan, termasuk rencana pengembangan road map (peta jalan) transformasi digital Indonesia.
Catatan kedua, Upaya pengembangan SDM digital melalui program pendidikan professional ini perlu didorong tidak saja terkait peningkatan keterampilan digital, akan tetapi juga pembentukan karakter dan kultur kreatif dan inovatif yang menjadi bagian penting untuk pembangunan berkelanjutan ke depan.
Catatan ketiga, Melalui pembelajaran berbasis daring dan peserta yang cukup beragam, perlu dipastikan agar program pendidikan professional ini dapat menjaga mutu yang harus dicapai, baik proses dan keluaran atau outputnya.
Pemanfaatan revousi industri 4.0 ini berkaitan erat dengan transformasi digital, dimana nantinya pemanfaatan infrastruktur digital akan bermanfaat bagi transformasi digital di bidang pemerintahan, Transformasi digital di bidang strategis (Pendidikan, Kesehatan, Pedesaan dan UMKM).
Semoga pengembangan SDM Indonesia terutama di bidang teknologi akan dapat menyelesaikan sejumlah tantangan dan permasalahan dalam percepatan pemulihan perekonomian Indoensia. ( red )