Polrestabes Surabaya Cegah Paham Bahaya Radikalisme Dengan Cangkrukan
Surabaya – Demi menjaga agar warganya tidak terkena pemahaman Radikalisme, Polrestabes Surabaya melakukan pembinaan dan penyuluhan kepada warganya. Bertempat Mapolrestabes Surabaya Rabu 24 Juli 2019.
Kasat Binmas Polrestabes Surabaya Kompol M. Fathoni saat dikonfirmasi di kantornya mengatakan:
Polrestabes Surabaya memiliki program unggulan untuk mencegah pemahaman radikalisme yang dinamai Cangkrukan.
Cangkrukan yang artinya duduk bareng ini, kita melibatkan Muspikal Muspida, tokoh agama, Kades, karang taruna dan lain lain.
Jadi cangkrukan ini kita ngobrol bareng membicarakan apa saja yang positif. Tempat untuk cangkrukan ini bisa dimana saja, baik di rumah, di warung kopi, kafe dan lainnya.
Kita ngobrol juga santai sambil ngopi, makan gorengan dan lainnya kalau ada masalah apa ayo kita diskusikan bareng. Misal kalau ada sering kehilangan motor setelah cangkrukan kita tingkatkan keamanan. Gitulah bentuknya.
Selain itu, pihaknya juga menggelar safari sholat Jumat dan juga sholat subuh bersama.
Tidak hanya dengan cara seperti apa untuk mencegah paham radikalisme, pihaknya juga sempat menggelar acara Forum Grup Diskusi (FGD) dengan mendatangkan langsung narasumber dari Jakarta Ali Fauzi.
Ali Fauzi diketahui merupakan seorang mantan Teroris yang terkenal paham radikal kedua kakaknya yakni Amrozi dan Ali Imron.
Di sana (FGD) ada semua komunitas ada Banser, ada Ansor, ada NU, ada Kokam, ada pelajar dan lainnya,” tegas dia.
Ia menjelaskan, banyak faktor yang membuat masyarakat terkena paham radikalisme. Contohnya seperti dari lingkungan rumah, teman dan yang paling bahaya adalah perkembangan teknologi karena dengan ini masyarakat bisa akses secara mudah membaca tentang pemahaman radikal.
“Sebenarnya terkena atau tidaknya itu tergantung kita, makanya kita dari Polrestabes Surabaya mencegah sedini mungkin dari pemahaman radikalisme,” ucapnya.
KBO Satuan Binmas Polrestabes Surabaya Iptu Rutri Setia Wanto melanjutkan, polisi juga terjun langsung ke sekolah-sekolah, ormas dan juga komunitas yang ada di wilayah hukumnya.
“Langkah awal kita memberikan pencegahan pemahaman Radikalisme itu dari sekolah. Dari Karang Taruna, komunitas dan ormas juga kita gandeng, kita ambil ketuanya ‘Ayo kita cegah radikalisme’,” Ungkap Rutri.
Polisi berpangkat Balok Dua itu menjelaskan, pemberian materi pencegahan paham radikal tentunya tak jauh berbeda antara anak sekolah dengan ormas dan komunitas.
“Kalau anak sekolah kita gunakan teknik sesuai dengan tingkatan sekolahnya. Di sekolah itu kita ajak mereka menghargai orangtua, teman, guru dan yang ada di dalam sekolahannya,” tegas dia.
Sedangkan untuk orang dewasa pihaknya memberikan pemahaman untuk saling menghargai perbedaan agama, maupun perbedaan yang ada dilingkungan. Kemudian, untuk saling berkomunikasi dan interaksi sesama warga di lingkungannya. ( sutarno )