Rawat dan Pertahankan Predikat WBK dan WBBM Badiklat Kejaksaan Dirikan Monumen
Jakarta – Badan Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Republik Indonesia (Badiklat) mendirikan monument Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM).
Monumen itu akan dijadikan sebagai pengingat, spirit dan motivasi sekaligus merawat predikat WBK dan WBBM yang telah sukses diraih Badiklat Kejaksaan Republik Indonesia, sehingga tetap menjadi lembaga yang WBK dan WBBM.
Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Republik Indonesia (Kabandiklat) Setia Untung Arimuladi menyampaikan, monument itu sebagai simbol sejarah, lantaran Kampus para Jaksa itu berhasil membangun Zona Integritas menjadi wilayah WBK/WBBM.
Mantan Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat (Kajati Jabar) itu menuturkan, Sebujur batu marmer hitam yang keras bagai komitmen bersama yang kuat dalam melakukan perubahan. Bersanding dengan Trapsila Adhyaksa yang agung dan luhur yakni Tri Krama Adhyaksa, menjadi landasan jiwa dan raihan cita cita Adhyaksa. Itu diucapkannya ketika membuka selubung monument WBK/WBBM, yang digelar di Komplek Badiklat Kejaksaan Republik Indonesia, Ragunan, Jakarta Selatan, pada Senin (02/03/2020).
Pencanangan dan peresmian monumen zona integritas itu dibuka bersama oleh Kabandiklat Setia Untung selaku Pelapor Perubahan dan Sekretaris Badiklat Abdoel Kadiroen selaku Agen Perubahan, dengan disaksikan oleh seluruh jaksa, widyaswara, staf Badiklat, petugas kebersihan taman dan lingkungan serta pegawai honorer di Badiklat.
Saat disinggung makna dari monumen itu, Setia Untung dengan rendah hati mengatakan sebagai tanggung jawab bersama untuk mempertahankan predikat tersebut.
“Dibangunnya monumen ini setidaknya secara psikologis adalah bagian agar seluruh pegawai Badiklat punya tanggungjawab bersama, harus merawat dan menjaga predikat WBK dan WBBM itu,” tutur Setia Untung Arimuladi.
Sebelum selubung monunen dibuka secara bersama, Setia Untung mengatakan, manajemen komunikasi diperlukan bertujuan agar satuan unit kerja menjadi lebih terbuka. Agar dapat menilai bagaimana pelayanan yang diberikannya, dan mengetahui tanggapan atau penilaian masyarakat dalam setiap kegiatan.
Mantan Kepala Kejaksaan Tinggi Riau (Kajati Riau) itu menegaskan, setiap kegiatan yang dilakukan oleh satuan unit kerja harus dilakukan monitoring dan evaluasi (monev). Hal itu untuk memastikan dan mengetahui apakah langkah yang dilakukan oleh satuan unit kerja telah berjalan sesuai dengan alurnya atau Standar Operasional Prosedur (SOP).
Setia Untung Arimuladi mengajak seluruh peserta apel pada hari itu merenung dan mengingat kembali kenangan saat perjuangan berat dan melelahkan di awal hendak meraih Predikat Zona Integritas WBK/WBBM tersebut. Monumen itu hadir sebagai pengingat atas perjuangan bersama.
“Kita hadir sebagai catatan sejarah bahwa ditempat ini telah terjadi perubahan yang fundamental tentang mindset dan perilaku kerja menuju kearah yang lebih baik,” ujarnya.
Setia Untung yang juga Ketua Umum Persatuan Jaksa Indonesia (PJI) itu juga menyampaikan penghargaan dan terimakasihnya kepada para agen perubahan yang telah bekerja keras untuk mewujudkan mimpi Badan Diklat. Termasuk kepada para OB (Office Boy) dan petugas kebersihan taman yang telah memberi perhatian besar sehingga lingkungan Badan Diklat ini menjadi bersih dan asri.
“Sekarang kita semua berdiri disini, untuk membuka selubung dan melihat sebuah monumen tentang kekuatan perubahan yang telah dijalankan sebagai pengingat dan pemelihara komitmen bersama kita semua,” tegas dia.
Karenanya, Untung yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung (Kapuspenkum) ini mengajak seluruh pegawainya dan menyampaikan harapannya.
“Mari bekerja dengan cepat, tepat waktu, terukur dan produktif, sebab saat ini dibutuhkan,” ujarnya.
Monumen terbuat dari batu marmer berwarna hitam berbentuk buku. Di atasnya terletak bintang tiga dan terstempel pin WBK. Di bawahnya tertulis Tri Krama Adhyaksa, dengan penjelasan Satya, Adhi, Wicaksana.
Kemudian di sebelahnya terstempel pin WBBM. Di bawahnya pesan mulia untuk mereka yang bertugas di Badiklat. Khususnya para calon jaksa yang menempuh pendidikan di kampus para Korps Adhayksa tersebut.
Berikut torehan tangan bertintan emas yang tertera di monumen tersebut.
Di tempat ini tertulis secarik catatan indah…
Tentang kekuatan sebuah harapan untuk perubahan…
Ketika perubahan menyatu biru…
Segenggam tekad bergandeng tangan…
Menyatukan langkah, seberkas asa…
Menghilangkan ego-ego tak bertepi
Mengandalkan keteladanan
Menyandarkan konsistensi
Keikhlasan adalah pusakanya
Ketulusan adalah jiwanya
Disiplin dan tertib itu obat
Gerakan hati nurani itu semangat
Berbuat… bertindak…
Untuk masa depan penuh impian
Untuk Kejaksaan maju
Untuk Indonesia Jaya
Tertanda
Agen Perubahan Abdoel Kadiroen dan Pelopor Perubahan Setia Untung Arimuladi.
Pembangunan Monumen Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) yang digagas Badan Diklat Kejaksaan sebagai simbol, peristiwa dan sejarah bagi masa depan para kawah candradimuka Kejaksaan tersebut.
Kepala Badan Diklat Kejaksaan yang juga Pelopor Perubahan Setia Untung Arimuladi mengatakan, untuk mewujudkan zona integritas WBK/WBBM tersebut, ada 5 langkah yang harus diketahui dan dijalankan bersama.
Pertama, tekad dan komitmen dari semua jajaran yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, dan pimpinan harus menjadi role model.
Kedua, memberikan kemudahan pelayanan, yakni memberikan fasilitas yang lebih baik dan semangat melayani untuk kepuasan publik atau masyarakat, dan para pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan Kediklatan, juga pelayanan internal kepada sesama unit kerja.
“Pastikan pelayanan ini lebih baik dan dapat dikembangkan dengan semangat jajaran satuan unit kerja. Setiap unit kerja dapat menciptakan program program yang menyentuh publik/masyarakat, juga para pihak yang terlibat dalam kediklatan,” tutur Setia Untung Arimuladi.
Ketiga, membangun manajemen komunikasi. Bagaimana Jaksa dapat menyampaikan ke publik dan masyarakat bahwa hasil kerja satuan unit kerja diketahui public dan telah banyak melakukan perubahan.
“Keempat, bagaimana setiap perbedaan disatukan, bagaimana setiap hambatan menjadi semangat untuk diperbaiki, menyatukan langkah kita bersama meraih mimpi Badan Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan yang lebih baik kedepan dan diperhitungkan,” jelas Untung.
Kelima, lanjutnya, bagaimana menjalankan suatu organisasi. Jika ada suatu perbedaan itu adalah hal yang biasa, tidak perlu diperbesar dan jangan dijadikan sesuatu untuk perpecahan, sehingga memutuskan tali silaturahmi yang sudah terjalin.
“Jadikan silaturahim ini dalam satu ikatan ukhuwah,” imbuhnya.
Untung juga mengajak jajarannya untuk selalu bersyukur dalam segala hal, dengan tetap menjaga kebersamaan. Agar Badan Diklat Kejaksaan RI sebagai kawah candra di muka tetap terjaga. Yang melahirkan insan Adhayksa yang tersebar di seluruh pelosok negeri.
“Mari kita bersama sama bergandengantangan, membangun kekuatan bersama, dengan kekompakan dan kebersamaan, hidup kita harus saling mengisi,” ujarnya.
Hal itu pula yang terinspirasi dan tertoreh di monument WBK dan WBBM yang diresmikan itu. ( red )