Setyo Novanto : “Demi masa depan bangsa kita, saya sudah menyatakan, saya mengundurkan diri,” Apa tanggapan Presiden Jokowi ?
berantasnews Jakarta
“Demi masa depan bangsa kita, maka saya sudah menyatakan, saya mengundurkan diri,” Ucap Novanto di rumahnya di Jalan Wijaya, Nomor 13, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (16/12/2015).
Menurut Setyo Novanto langkahnya mundur sebagai Ketua DPR adalah sebagai penyelamat masa depan Bangsa . Presiden Joko Widodo Jokowi mengaku menghormati keputusan tersebut.
“Kita menghormati setiap keputusan yang sudah diberikan oleh Pak Setya Novanto,” kata Jokowi di Hotel Pullman, Jakarta, Kamis (17/12/2015).
Di sela-sela acara Jokowi di Hotel Pullma, Jokowi mengaku tidak memiliki masalah secara pribadi dengan Novanto. Jokowi juga tidak ingin mencampuri langkah Kejaksaan Agung yang menyelidiki kasus dugaan pemufakatan jahat terkait pertemuan Novanto dan Riza Chalid dengan PT Freeport Indonesia (Maroef Sjamsoeddin).
“mundurnya Novanto tidak akan memengaruhi hubungan eksekutif dengan legislatif dari dulu kan baik-baik saja,” Ucap Jokowi
Sebelumnya Pada hari Rabu (16/12/2015) malam, Novanto melayangkan surat pengunduran dirinya sebagai Ketua DPR. Surat pengunduran dirinya dibacakan dalam sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD).
Dengan di layangkannya surat pengunduran diri tersebut proses di MKD tidak dilanjutkan dan Novanto bebas dari sanksi.
“Saya menyadari, ini juga demi kecintaan saya kepada masyarakat Indonesia di dalam tugas-tugas saya selama ini menjadi pimpinan DPR,”
“Saya mohon maaf kepada seluruh rakyat Indonesia atas tugas-tugas yang sudah saya jalani,” ucap Novanto kepada Pers.
Ia juga meminta maaf kepada masyarakat Indonesia jika dianggap mempunyai kesalahan selama menjabat sebagai Ketua DPR RI.
Presiden sempat meluapkan kemarahannya setelah membaca transkrip pembicaraan secara utuh antara Setya Novanto dan Riza Chalid saat bertemu Maroef Sjamsoeddin. yang baru di bacanya pada Senin (7/12/2015).
“Saya tidak apa-apa dikatakan Presiden gila! Presiden sarap, Presiden koppig, tidak apa-apa. Tapi kalau sudah menyangkut wibawa, mencatut meminta saham 11 persen, itu yang saya tidak mau. Tidak bisa. Ini masalah kepatutan, kepantasan, moralitas. Itu masalah wibawa negara,” Tegas Jokowi dengan nada tinggi.(B-03)