TOMMY SOEHARTO FIGUR KUAT CALON PRESIDEN 2019
berantasnews, Makasar
Meski Pemilu Presiden tahun 2019 masih empat tahun lagi, masyarakat mulai ramai bicarakan figur Calon Presiden (Capres) 2019. Figur Tommy Soeharto (52), putra mantan Presiden RI, HM. Soeharto dinilai memiliki potensi besar mengingat tahun 2019 akan terjadi krisis kepemimpinan.
Menurut Ketua Umum Ormas Parsindo (Partai Swara Rakyat Indonesia), HM. Jusuf Rizal saat melakukan konsolidasi Ormas Parsindo di Makasar, kemarin, partai-partai tidak mempersiapkan kader secara baik untuk suksesi kepemimpinan nasional. Hampir semua partai mengalami kekosongan lapis kedua. Untuk itu Parsindo usung Tommy Soeharto salah satu figur Capres 2019.
Dikatakan pada 2019 nanti, partai politik mengalami kekosongan kepemimpinan lapis kedua. Partai Demokrat setelah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) belum ada yang kuat. Begitu juga di Gerindra pasca Prabowo Subianto. Golkar setelah Aburizal Bakrie. Hanura setelah Wiranto dan Nadem setelah Suryo Paloh. Begitu juga partai2 lain seperti PKS, PKB, PAN, PPP, dll. Ada krisis kepemimpinan.
Partai PDI Perjuangan, menurut Jusuf Rizal yang mantan Direktur Blora Center (Tim Relawan SBY-JK) akan tetap mesra dengan Jokowi dengan kadernya seperti Puan Maharani, Ganjar Pranowo, Tjahyo Kumolo dan Pramono Anung. Jika penerintahan Jokowi-JK bertahan kemungkinan PDIP akan tetap mengusung Jokowi berpasangan dengan kader internal partai.
Melihat realitas politik tersebut, Parsindo kemudian dengan jaringan LIRA (Lumbung Informasi Rakyat) — ada di 34 Propinsi dan 470 Kabupaten Kota — kemudian mengusung Tommy Soeharto untuk Capres 2019. Suksesi kepemimpinan Indonesia perlu dipersiapkan sejak dini untuk memperoleh dukungan rakyat secara transparan.
“Tommy Soeharto menurut Parsindo memiliki figur dan kemampuan dalam memimpin Indonesia. Ia memiliki sejumlah prasyarat yang dibutuhkan bangsa Indonesia saat ini. Punya nasionalisme, visioner, muda, tegas, mapan, berani, peduli dan merakyat. Dengan didukung jaringan loyalis HM. Soeharto beliau memiliki dukungan politik yang besar,” tegas pria berdarah Madura-Batak itu.
Lebih jauh kata Jusuf Rizal dalam survey tidak resmi yang dilakukan Lira Institute — lembaga kajian demokrasi, sosial dan politik — di beberapa propinsi, tujuh diantara 10 orang memberikan dukungan kepada Tommy Soeharto Capres 2019. Antusiasnya dukungan tersebut tidak lepas dari kegagalan reformasi yang dirasakan membuat masyarakat makin sulit.
Orde Reformasi yang diharapkan lebih baik dari Orde Baru, ternyata mengalami kegagalan. Selama 17 tahun reformasi yang terjadi justru liberalisasi diberbagai dimensi kehidupan yang membuat wong cilik (rakyat kecil) lebih menderita. Lebih dari itu tidak adanya GBHN (Garis Besar Haluan Begara) dan Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) membuat arah pembangunan bangsa dijalankan atas kepentingan kelompok dan golongan.
Tidak heran jika kemudian masyarakat wong cilik mulai melakukan pembandingan antara Orde Baru selama 32 tahun dipimpin HM. Soeharto serta realitas Orde Reformasi. “Lebih enak jaman Pak Harto. Dulu aman, harga-harga terjangkau dan dihagai di dunia internasional,” tegas Marzuki, supir Taksi dan Sofyan, pedagang kaki lima. Mereka juga menyadari Pak Harto memiliki kekurangan.
Melihat dukungan tersebutlah, tandas pria yang selalu bersahaja tersebut, Parsindo merasa yakin Tommy Soeharto merupakan figur terbaik yang layak dipersiapkan memimpin Indonesia 2019. Dengan jargon “Untuk Indonesia Yang Labih Baik” Parsindo terus membangun jaringan dibawah. Parsindo juga mengajak seluruh elemen masyarakat bergabung untuk keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran bersama.(BN)