Ahmad Djaelani: Pengangkatan Lisung ‘Raksasa’ Upaya Penyelematan Dan Pelestarian Asset Sejarah

Bekasi – Pengangkatan lisung raksasa oleh Tim Kukurusukan Bekasi Pakidulan/Jejak Pewaris Peradaban di kawasan muara anak sungai Kali Cibeet tepatnya di Kampung Parung Lesang Desa Pasiranji Kec. Cikarang Pusat Kab. Bekasi Jawa Barat Jumat 04/08/2017 lalu ‘menghebohkan’ warga sekitar Pasiranji dan Pasirtanjung Kecamatan Cikarang Pusat Kab. Bekasi.

”Mengingat selama ini, keberadaan lisung yang kerap muncul saat kemarau itu lebih diidentikan dengan mistis ketimbang sebagai asset sejarah,” ungkap Ahmad Djaelani.

Menurut Djaelani, demi keamanan dan keperluan pengembangan penelitian, lisung ”raksasa” kemudian disimpan di Padepokan Galuh Surrawisesa, Paparean Cikarang Pusat.

”Sejak hari Jumat pula, banyak warga sekitar yang datang melihat karena penasaran. Banyak cerita tentang lisung raksasa yang kemudian melegenda di masyarakat,” ucapnya.

Panjangnya kata Djaelani, sekitar 7 meter, dengan diameter lebih dari 1,5 meter. Dengan bantuan alat berat eskavator, butuh waktu tiga jam untuk mengangkat lisung ini. Saat proses pengangkatan, beberapa kali lisung gagal diangkat karena berada di kedalaman 5 meter di bawah lumpur muara anak sungai. Akhirnya atas izin Allah lisung pun berhasil diangkat ke permukaan.

”Namun berdasarkan keterangan sepuh Parung Lesang, lisung ini dimanfaatkan terakhir oleh dua generasi di atasnya, yakni di era kakek yang bersangkutan (Sekitar lebih dari 150-200 tahun lalu),” katanya.

Lebih jauh dikatakan Djaelani, dilihat secara kasat mata sekarang, sepertinya lisung ini belum selesai dibuat. Sebab baru sebagian saja yang berhasil dilubangi. Terlepas dari itu, menariknya dari lisung ini media batang pohon besar yang dijadikan lisung.

”Sampai saat ini kami belum bisa memastikan jenis pohon apakah yang digunakan untuk lisung. Sementara di beberapa bagian lisung ini sudah terjadi proses ”pengkristalan” kayu membatu alias jadi fosil. Tapi belum merata, masih sebagian kecil,” jelas pria penggiat budaya itu.

Di beberapa bagian lisung juga terlihat kemunculan serat-serat kayu yang ”menyembul” ke luar. Indah dan jadi memiliki daya tarik seni tersendiri. Jika penasaran untuk melihatnya, silahkan langsung datang. Tenang saja gratis, nggak bakal dimintai uang lewat koropak, dan lain-lain. Hehe. Boleh foto dan melihat secara seksama lisung ini. Kami juga terbuka kepada para pihak untuk membantu proses penelitian lisung, mulai dari pengecekan usia kayu, kadar air di dalam kayu, ukiran alam yang terbentuk di lisung, dan lainnya.

Djaelani menambahkan, dari pengecekan awal secara mandiri yang dilakukan oleh tim kami yang bekerja di laboratorium kimia, di cek ternyata usia kayu ini sekitar 850 tahun. Namun ini masih awal, semakin banyak yang meneliti, maka harapannya semakin banyak pula data pembanding.

”Tujuan pengangkatan lisung ini semata untuk penyelematan dan pelestarian asset sejarah. Juga untuk sarana pendidikan generasi dan masa depan Bekasi. Kalau tidak buru-buru diangkat, khawatir akan lenyap dan asset sejarah ini akan semakin terkubur dalam. Sebab lokasi keberadaan lisung hanya beberapa meter dari proyek pengembangan kawasan Delta Mas,” ungkapnya.

Sebagai informasi, lisung merupakan salah satu jenis perkakas tradisional yang berfungsi sebagai alat untuk menumbuk padi. Lisung dapat berfungsi apabila berpasangan dengan halu. (sr)

CATEGORIES
TAGS
Share This