Ardhi Mahardhika (Caketum Hipmi Jaya) : Saya Akan Fokuskan Pengusaha Muda Baru, Bukan Lapangan Kerja Baru

Jakarta – Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jaya akan segera menentukan ketua umum baru periode 2017-2020 untuk menggantikan kedudukan Rama Datau, ketua umum Hipmi Jaya saat ini.

Beberapa calon kandidat telah mendaftarkan diri untuk bersaing dalam pemilihan yang akan diadakan dalam Musyawarah Daerah (Musda) XVI Hipmi Jaya Januari 2017. Salah satu kandidat yang telah mendapatkan nomor urut peserta Caketum adalah Ardhi Mahardhika dengan nomor urut 2. Pengusaha muda ini menyatakan kesiapannya untuk menjadi ketua Hipmi Jaya yang baru.

Foto : Ardhi Mahardhika

Foto : Ardhi Mahardhika

Ardhi Mahardhika mengatakan, “Perlu diketahui HIPMI Jaya ini anggotanya memang banyak memiliki kader yang potensial dan juga dimana kekuatan HIPMI Jaya ini dari berbagai macam kalangan dari kalangan usaha kecil, menengah sampai atas. Dan saya yakin sekali dengan paradigma HIPMI yang cukup besar kita bisa sama-sama saling mensejahterakan, juga saling bisa berkeadilan sosial dalam sosial pancasila itu artinya semua orang punya kesempatan yang sama jadi kita mengembangkan pola jangan sampai ada pengusaha ini yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin. Kalau bisa saling merata terutama di usaha kecil menengah dan aspirasi ini banyak sekali beberapa anggota HIPMI bahkan sebagian besar masih di posisi usaha kecil dan menengah itu artinya tantangan bagi saya,” ucap Ardhi saat diwawancarai oleh Sinar Pagi “Baru”, di Jakarta (28/12/16).

“Saya ingin Hipmi Jaya menjadi sebuah organisasi yang Kreatif dan Inovatif. Kreatif artinya menciptakan daya saing baru, ide gagasan dan Inovatif itu punya added value, nilai yang berbeda dari pada yang lain. Tentunya kedepan seharusnya setiap anggota HIPMI Jaya bisa memiliki dampak positif dari keHIPMIannya dan juga bisa menyumbangkan setidaknya peranan pengusaha DKI Jakarta sehingga bisa memperkuat nilai kemurnian di daerah DKI Jaya,” jelas Ardhi

“Jadi saat ini saya berharap bahwa badan pimpinan cabang setidaknya 1 BPC itu kita bisa menciptakan 1 UKM dan 1 koperasi. Kenapa saya pikir seperti itu supaya setiap BPC memiliki kebanggaan dengan BPCnya sehingga punya “Sense of Belonging”, artinya ketika 1 BPC punya 1 UKM terutama sebagai lokomotifnya infrastruktur koperasi yang mendanai maka secara tidak langsung kita sudah masuk dalam implementasi UKM itu sendiri,” harap Ardhi

UKM ini kan luas tapi lebih baik tidak usah terlalu besar, tambah Ardhi, “kecil tapi bisa berkembang luas dari yang hanya kecil dulu aja. Saya sih berharap dari anggota-anggota Hipmi Jaya dan seniornya bisa membantu kenapa karena pola kaderisasinya dituangkan dari wirausahanya yang real jadi si pengusahanya punya tanggung jawab dan manfaat dari dia beranggota HIPMI Jaya. Saat ini bank masih di butuhkan tapi kita lihat kalau ternyata bunganya tinggi. Yah, kita libatkan koperasi yang kira-kira bisa meminjamkan dananya untuk koperasi yg sekundernya. Kenapa nggak, karena kembali lagi bagi saya kalau untuk bank ini memang banyak yang berbunga tapi kalau lembaga keuangan non bank yang mikrofinancenya mungkin orang tertarik karena bunganya tidak terlalu tinggi dan sifatnya bisa syariah,” tambahnya.

“Tantangan Hipmi Jaya bagi saya ialah menjalin kedekatan dengan Pemprov DKI, karena lewat kedekatan maka semua itu akan mendatangkan kemanfaatan dan yang akan saya bentuk melalui komunikasi dan waktu, sebab seorang pengusaha harus meluangkan waktunya untuk menjalin kedekatan dan tentunya kita akan sinergikan program-program. Kalau kita tidak bisa bersinergi dengan eksternal mustahil juga Hipmi namanya menjadi besar,” jelasnya

“Karena itu kader Hipmi harus kreatif dan inovatif, maka dari itu hal kedekatan dengan Pemprov harus dibangun kembali. Dan untuk program bersama Pemprov saya akan melakukan pelatihan, pengembangan UKM. “Pasalnya kesenjangan penanggulangan di DKI sendiri cukup lumayan. Karena DKI sendiri berfokus pada lapangan kerja, seharusnya kan menciptakan pengusaha unggul atau bibit baru pengusaha muda terkait hal itu ada 2 point yaitu, mengurangi kesenjangan dan menambah pendapatan Pemprov,” harap Ardhi.

Untuk DKI sendiri UKM yang menjanjikan contoh hal kecilnya seperti baju pangsi budaya betawi, apabila itu dikembangkan bisa terkenal sebab wisatawan hanya sedikit yang tau, selain itu juga kulinernya. “Jadi bagaimana caranya kita dapat mengambil market asean dalam MEA, untuk mengenalkan produk lokal kita ke mancanegara. Harapan saya indonesia bisa menjadi online marketing dan offline marketing. Dan untuk UKM dan koperasi supaya agar dipertajam lagi dan pemerintah bisa mengutamakan supaya masyarakat mandiri,” tutup Ardhi. (Elwan)

CATEGORIES
TAGS
Share This