Kerajinan tenun Kabupaten Lebak Banten

Banten, berantasnews.com Kerajinan tenun Baduy di Kabupaten Lebak, Banten, kini diminati wisatawan. Hal ini dapat mendorong pendapatan ekonomi masyarakat Baduy.

“Keunggulan tenun Baduy itu, karena memiliki nilai seni tradisional dan warnanya berbeda dengan tenun lain di Tanah Air,” ucap Meti (40), seorang perajin Baduy warga Kadu Ketug, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Rabu (27/1/2016).

Wisatawan dari berbagai daerah yang mengunjungi wisata budaya di kawasan adat, mereka tertarik kain Baduy. Mereka wisatawan domestik ingin mengetahui kehidupan warga Baduy. Bahkan, banyak wisatawan yang datang ke sini membeli tenun dengan jumlah banyak. Pengunjung membeli kain tenun Baduy untuk dijadikan kenang-kenangan dengan alasan tradisional juga memiliki nilai seni.

Benang bahan baku kain tenunan didatangkan dari Majalaya Bandung, Jawa Barat. Kerajinan kain tenunan dikerjakan kaum perempuan dengan peralatan secara manual. “Kami sejak sebulan omzet penjualan relatif baik karena memasuki musim liburan tahun baru itu,” ucapnya

Menurut dia, untuk mengerjakan kain dengan ukuran 3×2 meter persegi bisa dikerjakan selama sepekan. Pengerjaan kain tenun sambil duduk di balai-balai rumah yang terbuat dari dinding bambu dan atap rumbia. Mereka mengerjakan tenun Baduy itu dengan berbagai motif dan corak warna. “Kami sangat terbantu pendapatan ekonomi keluarga dengan kerajinan kain Baduy itu,” ucapnya.

Begitu juga perajin tenun lainnya, Jali (55) mengaku, selama ini permintaan kain dan batik Baduy meningkat sehingga wisatawan domestik dari luar daerah setiap hari datang ke perkampungan Baduy. Adapun, kata dia, harga kain tenun dan pakaian batik Baduy itu tergantung kualitas mulai Rp 70.000 sampai Rp 350.000 per busana. “Semua wisatawan domestik itu sangat mencintai produk masyarakat adat,” ucapnya.

Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak, Herisnen, mengatakan, pihaknya terus melakukan pembinaan diversifikasi produk kerajinan tenun dan batik Baduy. Saat ini, tercatat 50 perajin tenun dan batik Baduy terus dikembangkan karena dapat menumbuhkan ekonomi lokal. Pemerintah daerah juga memperkenalkan tenunan hasil karya perajin Baduy pada pameran-pameran pembangunan yang diselenggarakan di Banten maupun DKI Jakarta. Bahkan, sekarang produk kain dan batik Baduy sudah banyak dipakai oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) remaja, usia lanjut, dan siswa sekolah. “Kami optimistis produk tenun Baduy itu bisa mendunia karena kualitasnya cukup bagus dan unik,” ucapnya. (BN)

CATEGORIES
Share This