KRL Rangkaian Jatinegara-Bogor Hantam Metro mini 18 Orang Meninggal 6 Orang Luka-Luka

berantasNews Jakarta.

KRL Rangkaian Jatinegara-Bogor hantam metro mini di pintu perlintasan kereta api Tubagus Angke, Tambora, Jakarta Barat, Minggu 6 Desember 2015 pagi. Akibat Peristiwa tersebut dikabarkan 17 orang meninggal di tempat, 1 orang meninggal di rumah sakit dan 6 orang luka parah.  2 orang dilarikanke Rumah Sakit Sumber Waras dan 3 orang  lgi dilarikan ke Rumah Sakit Atma Jaya, dan 1 orang di Rumah Sakit Tarakan.

Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokes) Polda Metro Jaya Komisaris Besar Musyafak mengatakan,  “17 korban yang berhasil diidentifikasi itu telah dipulangkan. Tinggal 1 korban lagi yang belum diketahui identitasnya.

Adapun ciri-ciri korban yang belum teridentifikasi tersebut adalah : “Tinggal 1 korban, ciri-cirinya tinggi badan 162 centimeter, laki-laki, usia antara 20-30 tahun. Ada tanda khusus yang khas di tubuh korban, tapi tidak saya sampaikan di sini untuk menghindari pengakuan orang atau kelompok tertentu, terkait pengurusan asuransi dan sebagainya”. tegasnya

samapai sekarang jezah tersebut masih berada di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tim gabungan dari Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya serta Bagian Forensik RSCM masih mencocokkan data postmortem dan antemortem untuk mengidentifikasi korban yang meninggal dan sampai berita ini diturunkan Polisi masih mengidentifikasi korban dan belum merilis nama-nama korban tersebut.

“Sudah ada 6 keluarga yang masuk untuk mencocokkan data korban. Jika sudah teridentifikasi, kami akan merilis nama-nama korban tewas. Karena beberapa ada yang mash sulit dikenali,” ujar Musyafak.

Tim gabungan dari Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya serta Bagian Forensik RSCM masih mencocokkan data postmortem dan antemortem untuk mengidentifikasi korban yang meninggal.

Menurut keterangan saksi Petugas Palang Pintu Perlintasan Kereta Api Jembatan 5, Endang mengungkapkan KRL rangkaian Jatinegara-Bogor yang menabrak metro mini tersebut, dalam kondisi kecepatan yang sangat kencang. KRL tersebut tidak berhenti di Stasiun Angke karena hanya untuk keperluan putar balik. Bukan untuk aktivitas naik-turun penumpang. Sehingga pada saat kejadian kereta melaju dengan sangat cepat saat melintas di perlintasan itu.

“Jadi KRL itu hanya lewat. Tidak berhenti untuk aktivitas naik-turun penumpang di Stasiun Angke. Jadi pasti kecepatannya tinggi,” ujar Endang.
Endang juga menuturkan, KRL yang berhenti di Stasiun Angke hanya untuk keperluan putar balik. Selain itu, Stasiun Angke diketahui kerap menjadi jalur KRL untuk berputar balik sebelum melanjutkan pelayanan transportasi bagi para penumpang.

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian mengatakan, akan segera meminta keterangan kepada sejumlah saksi dan korban kecelakaan maut yang masih hidup. Hal itu akan dilakukan setelah proses identifikasi dan evakuasi rampung. “Kita fokus untuk pertolongan korban masih hidup dan secepat mungkin akan dimintai keterangan apakah ada unsur kelalaian dalam kecelakaan ini, kita akan segera selidiki,” kata Tito di lokasi TKP.

Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengimbau jalur commuter line dan kereta memiliki lalu lintas padat agar juga dapat dibangun proyek fly over dan underpass sebab pintu perlintasan tidak seharusnya menjadi akses. Selain itu, ia juga meminta Gubernur DKI Jakarta supaya lebih memperketat izin operasi Metro Mini. Hal tersebut menanggapi peristiwa tabrakan antara Commuter Line dengan Metro Mini di Muara Angke, Jakarta Barat.

“izin operasi berada di tangan Gubernur bukan di tangan Kementerian Perhubungan (Kemenhub). “Itu saya minta Gubernur supaya lebih berperan menertibkan, izinnya Metro Mini bukan di saya. Izinnya di Gubernur,” ucap Menteri Perhubungan Ignasius Jonan .

Presiden Jokowi juga ikut menyampaikan belasungkawanya lewat akun Twitter-nya.

Kita berduka atas kecelakaan Metromini-Commuter Line di Muara Angke. Harus dievaluasi agar tidak terjadi hal yang sama -Jkw,” tulis Jokowi di akun Twitter-nya, @jokowi, Minggu (6/12/2015).

Selain itu PT. Jasa Raharja akan memberikan santunan Rp 25 juta untuk korban yang meninggal dunia dan Rp 10 juta untuk korban luka-luka,” ujar Presiden Direktur PT Jasa Raharja Budi Setyarso ketika mengecek kondisi korban tewas di RSCM, Jakarta Pusat.

“Kami sudah lama bekerja sama dengan Korlantas Polri. Jadi setiap ada kecelakaan, data korbannya kami dapat. Nanti keluarga hanya perlu bawa KTP, KK, Surat Kematian,”

“Sekarang kejadian, besoknya uang sudah bisa cair. Hanya perlu bawa data diri untuk administrasi” Tegas Budi Setyarso Direktur PT Jasa Raharja.

Namun hingga saat ini, belum ada lagi pihak yang mengaku kehilangan ‎keluarga ke posko antemortem RSCM. Dia berharap, pihak yang merasa kehilangan anggota keluarga sesuai ciri-ciri di atas agar segera mendatangi RSCM, Salemba, Jakarta Pusat.

“Korban belum teridentifikasi bukan karena kesulitan dalam pemeriksaan, tapi karena belum ada aduan masyarakat melaporkan ke kami,” terang Musyafak di RSCM. (B-01)

CATEGORIES
TAGS
Share This

COMMENTS