Kronologi Tewasnya Marvel Menurut Sang Ayah

Jakarta – berantasnews. Marvelio Benedict, balita berusia dua tahun tujuh bulan, meninggal akibat dianiaya oleh Rianti (27), kekasih ayahnya. Sang ayah, Ray, sejak awal Ray mencurigai kematian putranya itu tidak wajar.

Ray menceritakan kronologi meninggalnya Marvel yang melibatkan Rianti yang berpacaran dengannya selama delapan bulan. “Waktu itu, sebelum saya pergi kerja tak ada luka sama sekali di badan Marvel. Sempat saya cium anak saya,” kata Ray, Minggu (28/2/2016).

Telepon selulernya berdering pada Senin (1/2/2016) pukul 14.00 WIB. Di ujung telepon, Rianti meminta bertemu Ray di dekat rumah rumahnya, Perumahan Griya Loka, Jl Palem Merah Blok BM 12-13, Serpong, Tangerang.

“Ketemu di lingkungan perumahan sekitar pukul 14.15, di pertengahan jalan perumahan,” ujarnya. “Dia menggendong Marvel dari rumah berjalan kaki.”

Ray melihat Marvel sudah sulit bernafas, namun terus dibantu bernafas oleh Rianti. Badan Marvel dingin. “Kejang fatal, itu seperti tingkat kesadaran orang mati,” kata Ray.

Mereka membawa Marvel ke Rumah Sakit Eka Hospital, Serpong, Tangerang. Sesampainya di rumah sakit, sekitar pukul 14.45, dokter langsung menangani Marvel dan sampai disuntik tiga kali demi meredakan kejangnya.

Curiga penyebab kejang tak wajar, dokter meminta izin CT scan terhadap Marvel. Empat jam kemudian, hasilnya keluar.

“Hasilnya, tulang tempurung kepala retak, pendarahan dalam kepala yang sangat fatal, tak memungkinkan untuk sembuh,” ujarnya. “Dokter mengatakan, tak mungkin yang seperti ini gara-gara jatuh,” kata Ray.

Hasil pemindaian itu membuat Ray curiga dan mencecar Rianti soal runutan kejadian hingga kondisi Marvel memburuk seperti itu. Saat itu keterangan Rianti berubah-ubah.

“Rianti bilang Marvel kejang-kejang dulu baru terjatuh. Namun (setelah) dokter bilang itu tidak mungkin, barulah Rianti bilang Marvel jatuh dulu baru kejang-kejang.”

93136dea-f209-4f74-a118-cb7552c07160_169

Marvel terus dirawat dengan dibantu alat pernapasan dan sempat menjalani operasi. Dimulai pukul 20.30, operasi baru selesai pukul 23.15. Namun pada 9 Februari 2016, tepatnya pukul 21.55, Marvel dinyatakan meninggal dunia.

Merasa kematian Marvel tidak wajar, Ray melaporkan kecurigaannya ke Polsek Serpong. “Tapi ditolak,” ujarnya.

Akhirnya Ray pada 16 Februari 2016 melapor ke Polda Metro Jaya. “Saya saat itu tidak menuduh siapapun. Tapi saya pikir ada yang mengganjal dalam hal ini,” kata Ray.

Laporan itu ditindaklanjuti dengan autopsi jasad Marvel pada 22 Februari 2016. Lalu pada 26 Februari 2016, polisi menangkap Rianti.

3573c404-1e6b-401b-b4c6-a06a4fa1c1e4_169

Ray mendapat informasi, saat dibawa di mobil polisi, Rianti mengaku telah membenturkan kepala Marvel ke tembok. “Awalnya dia belum mengaku. Namun saat dibawa sama polisi, di mobil dia mengaku,” kata Ray. “Padahal sebelumnya, Rianti bilang sama saya bahwa ini takdir yang harus diikhlaskan.”

Direktur Reserse dan Kriminal Umum Kombes Krishna Murti menyatakan tersangka (Rianti) sudah mengakui telah membenturkan ke tembok korban pada pukul satu siang pada 1 Februari 2016. Saat itu, Marvel yang dititipkan Ray di rumahnya dikasari setelah muntah di seprai yang baru diganti Rianti.

“Maaf karena saya reflek dan kesal dan khilaf. Saya tidak tahu sampai seperti ini,” kata Rianti sambil menangis dalam jumpa pers penyidik di Polda Metro Jaya pada Sabtu  (27/2/2016). (okt)

CATEGORIES
TAGS
Share This

COMMENTS